Jembatan Suramadu "Bergoyang"

Sabtu, 13 Juni 2009


Pembebasan  tarif  di  awal  pembukaan  Jembatan  Suramadu  mendapat  reaksi  dari  petinggi GAPASDAP,  bahwa  akhir-akhir  ini  kuantitas  penumpang  yang menggunakan  angkutan  kapal menurun drastis  sebagai  akibat  tarif  jembatan  Suramadu  50%  lebih  rendah  dari  tarif  kapal,  terlebih  dengan pembebasan tarif sebagai percobaan selama kurang lebih 2 pekan oleh pihak Bina Marga di jalur ‘anyar’ tersebut. Bahkan secara langsung seorang petinggi GAPASDAP melalui salah satu stasiun radio nasional (12 Juni 2009) dalam wawancaranya mengklaim bahwa pemerintah ingin mematikan ‘kapal ferry’. 
Telah  jelas  bahwa  pihak  GAPASDAP  tidak  dapat  berlapang  dada  terhadap  pembangunan Jembatan Suramadu yang notabene merupakan program Pemerintah berskala nasional. Hal ini semakin mengindikasikan  bahwa  GAPASDAP  tidak  ingin  kalah  dari  Pemerintah.  Tidak  selayaknya  GAPASDAP menyatakan  rugi,
sebab  pihak  GAPASDAP  jelas  lebih  mengerti  strategi  sebagai  solusi  sehingga keseimbangan finansial tetap terkendali antara jumlah penumpang dengan biaya operasional. Apabila  diperhatikan  selama  ini  fasilitas  bagi  pejalan  kaki  di  Dermaga  Kamal  pun  tidak dimanfaatkan, padahal terdapat penarikan  iuran tiket untuk peron bagi pejalan kaki di dermaga kamal tersebut tiap orang Rp.200,-. 
Bahkan saat penurunan harga BBM tidak dibarengi dengan penurunan tarif kapal,  penurunan  tarif  kapal  baru  dilakukan  setelah  adanya  demonstrasi  oleh  rekan  mahasiswa Universitas  Trunojoyo.  Penurunannya  pun  tidak  signifikan,  hal  ini  semakin  mengindikasikan  bahwa GAPASDAP tidak ingin kalah dari Pemerintah, lebih mengutamakan misi komersial daripada misi sosial.
Kesempatan  lain, seorang dosen suatu kampus di Surabaya berpendapat  juga pada  radio yang sama menyatakan  bahwa;  “Tidak  seharusnya  tarif  tol/Jembatan  Suramadu  dibandingkan  dengan  tarif kapal  ferry,  akan  tetapi  dibandingkan  dengan    tarif  tol  lain  di  Indonesia  berdasarkan  jarak  tempuh”. Dipaparkan pula  tarif kendaraan  roda empat pada  jembatan suramadu  ternyata  jauh  lebih mahal dari tarif  tol  yang  lebih  panjang  di  indonesia  ini,  serta  dalam  kurun  waktu  dua  tahun mendatang,  biaya pembangunan  Jembatan Surmadu akan kembali. Modal pembangunannya serta biaya perawatan pasti terpenuhi bahkan lebih.
Biarlah masyarakat yang menilai. 
Edisi Hari Sabtu, 13  Juni 2009 pada koran  ini pula diulas mengenai keluhan pemilik kendaraan bermotor  terhadap  tarif  jembatan suramadu; “Jika  setahun,  total pendapatan  tol Suramadu mencapai 153,3 miliar,” paparnya. Penulis menyimpulkan; angka yang fantastis.  Akan tetapi Ketua Komisi B, Ismail Abd. Rahim tidak sependapat dengan warga mengenai  jumlah mobil dan motor yang melintas. Pemilik mobil menyatakan bahwa tarif tol idealnya sepertiga atau separuh dari rencana semula.  Senada dengan pendapat dosen diatas, estimasi dari warga  tersebut  tidak  sepenuhnya dapat disalahkan, bukan  tidak mungkin angka tadi akan menjadi nyata. 
*****
Sebelumnya, tiap tahun telah menjadi tradisi akbar bagi masyarakat muslim khususnya, ledakan penumpang  di  hari  lebaran  pada  penyebrangan  Ujung-Kamal,  sekarang  akan  berbalik  dengan dimanfaatkannya  tol Suramadu. Perindustrian, perdagangan serta berbagai aspek pembangunan social network, cepat atau lambat pasti akan terasa perubahannya di bumi Madura.
Dengan demikian semakin meningkat pula traffic kendaraan di Jembatan ini. Bina  Marga  selaku  operator  sementara,  merasa  serba  salah  atas  reaksi  dari  warga  dalam mengambil  kebijakan  untuk  penetapan  tarif,  dapat  dimaklumi  sebab memang  pertama  kali  bagi  Bina Marga meng-handle tol Suramadu. Untuk selanjutnya, operator yang menghandle haruslah lebih cermat dalam menetapkan segala perhitungan dan kebijakan demi menghindari polemik seperti saat  ini. Serta menjadi kewajiban untuk berlapang dada khususnya bagi pihak GAPASDAP  yang terimbas akan dampak kurang nyaman dari adanya Jembatan Nasional Suramadu. 
Sebagian masyarakat akan tetap memilih kapal ferry sebagai alternatif transportasi ketika jarak dan tujuan menjadi pertimbangan. Diketahui bersama bahwa line out tol Suramadu sisi Madura berada di wilayah Kec. Burneh, sehingga terlampau jauh apabila tujuan si penyeberang berada di wilayah Kamal, Bangkalan;Kota-hingga wilayah  Langkap. Terlebih bagi kalangan pegawai, pelajar dan  sebagainya yang hilir-mudik setiap hari dari luar Madura menuju Kota Bangkalan, dan atau sebaliknya.
Hidup Mahasiswa !!!

0 komentar:

Followers

ツ share 'n chat with me